MRP
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia industri terdapat dua
tipe permintaan terhadap item-item yaitu permintaan tidak bergantung dan
permintaan bergantung. Suatu item dianggap permintaan tidak bergantung apabila
permintaan item tersebut tidak
dipengaruhi oleh permintaan yang lainya, hanya dipengaruhi oleh faktor pasar.
Sedangkan permintaan yang bergantung apabila permintaan tersebut dipengaruhi
oleh permintaan item yang lainya.
Permintaan berganung biasanya berupa item
komponen, barang setengah jadi (WIP) atau bahan baku.
Sebelum ditemukanya komputer pada
tahun sebelum 1960 tidak ada metode yang memuaskan dalam proses pengendalian
terhadap item permintaan yang saling bergantungan. Dulu sistem order point masih didasarkan pada order point dengan menerapkan metode tradisional.
Pada tahun 1960 komputer mulai
dipakai dalam bidang persediaan. Dengan demikian maka kesulitan-kesulitan yang
ada di metode tradisional teratasi dengan adanya computer, sehingga lebih
efisien. Kesulitan-kesulitan persediaan teratasi dengan suatu pendekatan sistem
persediaan yang dikenal sebagai Material
Requirement Planning (MRP), yang ditemukan pleh Joseph Orlicky dari J.I
Case Company.
Sistem MRP diproses untuk memenuhi
akan kebutuhan yang sifatnya dependent
atau bergantung. Maka MRP lebih banyak digunakan dilingkungan manufaktur yang
melibatkan suatu proses assembling, dimana
permintaan terhadaap item bergantung,
sehingga tidak diperlukan peramalan.
1.2.1.
Mengetahui penjelasan MRP dan hasil dari MRP.
2.1. Definisi Sistem MRP
Sistem MRP adalah suatu prosedur yang
logis berbentuk aturan keputusan dan teknik berbasis computer yang dirancang
untuk menterjemahkan JIP atau MPS menjadi kebutuhan bersih di semua item. Selain itu MRP juga dirancang
untuk membuat pesanan dan pembelian barang dan persediaan sehingga sesuai
dengan MPS atau JIP. Sistem MRP juga membantu terpenuhinya JIP atau MPS yang
telah dirancang.
2.2. Tujuan Sistem MRP
Sistem MRP adalah suatu sistem yang
bertujuan memberikan informasi yang tepat sehingga dapat memberikan keputusan
yang tepat seperti pembatalan pesanan, pesan ulang dan penjadwalan ulang.
Ada empat tujuan dari MRP, yaitu
sebagai berikut
a. Menentukan kebutuhan yang
tepat
Menentukan secara tepat kapan suatu
pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia untuk memenuhi permintaan
yang sudah terencana di JIP.
b. Menentukan kebutuhan
minimal setiap item
MRP dapat menentukan kebutuhan
minimal dengan diketahuinya kebutuhan akhir.
c. Menentukan pelaksanaan
rencana pemesanan
Memberikan indikasi waktu yang tepat
untuk melakukan pemesanan atau pembatalan pemesanan suatu barang .
d. Menentukan penjadwalan
ulang atau pembatalan suatu jadwal yang telah direncanakan
MRP dapat memberikan indikasi apabila
kapasitas tidak mampu memenuhi pesanan yang telah dijadwalkan pada waktu
tertentu sehingga MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan penjadwalan
ulang (jika memungkinkan) apabila tidak memungkinkan maka dilakukan pembatalan
pesanan.
Sehingga sistem MRP sebagai sutau
sistem perencanaan dan pengendalian produksi yang berfungsi untuk meyeimbangkan
antara kebutuhan yang telah ditetapkan JIP dan kemampuan kapasitas.
2.3. Perkembangan MRP
MRP selalu berkembang sesuai dengan
tuntutan perkembangan teknologi dan tuntutan terhadap sistem perusahaan maka
sampai saat ini MRP digolongkan menjadi empat bagian. Keempat bagian MRP
sebagai berikut.
1. Material Requirement Planning (MRP)
MRP adalah suatu teknik atau langkah-langkah yang sistematis dalam
penentuan kuantitas beserta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan terhadap item-item permintaan yang saling
bergantung (dependent ).
2. Material Requirement Planning II (MRPII)
MRPII ditemukan oleh Oliver Wight dan George Plossl. MRPII dapat
mencakup area-area perusahaan lain. Sehingga Material Requirement Planning (MRP) berubah menjadi Manifacturing Resource Planning.
3. Material Requirement Planning III (MRPIII)
Pada proses MRPIII diperluas didalam
tingkat akurasi peramalan permintaan, penggunaan secara tepat dan baik. Apabila
MPS sudah penuh atau tidak lagi work
order maka di sistem MRPIII dapat merekomendasikan terhadapaan permintaan.
4. Material Requirement Planning 90000 (MRP9000).
MRP9000 merupakan sistem yang paling
lengkap karena didalam sistem MRP9000 pada manufaktur seperti inventory, penjualan, perencanaan,
pembuatan dan pembelian dengan menggunakan General
Ledger dan sebuah adminitrasi dan executive
information system secara grafis dalam membuat keputusan untuk permasalahn
manufaktur.
Gambar 2.1 Sistem MRP
Input dari MRP sebagai berikut
a. Jadwal Induk Produksi atau
MPS
b. Catatan Keadaan
Peersediaan
c.
Struktur Produk
Jadwal induk produksi diperoleh berdasarkan permintaan
(dari pesanan atau peramalan) terhadap semua produk jadi yang dibuat. Hasil
dari peramalan (jangka panjang) untuk membuat rencana produksi agregat (sebagai jangka menengah) yang
pada akhirnya dibuat jangka pendek yaitu menentukan jumlah produksi yang
dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu
jangka perencanaan. Jadi JIP merupakan jangka pendek yang mengalokasikan untuk
membuat sejumlah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas seperti
mesin, peralatan, pekerja dan lain-lain.
Tabel 2.1 JIP
PRODUK
|
PERIODE
1
|
PERIODE
2
|
PERIODE
3
|
A2
|
60
|
130
|
-
|
A1
|
80
|
90
|
100
|
Catatan keadaan persediaan menggambarkan dari setiap
komponen atau metarial yang ada dalam persediaan, yang berkaitan dengan jumlah
persediaaan, jumlah barang yang sedang dipesan, dan waktu ancang (lead time
). Status persediaan harus diketahui untuk setiap bahan atau komponen dan
dapat diperbarui setiap terjadi perubahan supaya menghindari kekeliruan dalam
perencanaan.
Tabel 2.2 Catatan
Persediaan
Periode t
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Kebutuhan kotor
|
60
|
55
|
70
|
80
|
Jadwal penerimaan
|
-
|
70
|
90
|
-
|
On hand
|
100
|
50
|
110
|
65
|
Lead time
|
|
|
|
|
Struktur produk merupakan kaitan produk dengan
komponen pentusunya. Informasi yang dilengkapi setiap komponen ini meliputi
jenis komponen, jumlah yang dibutuhkan dan tingkat penyusunya.
Gambar 2.2 Struktur Produk
2.4.2.
Output
MRP
Output sistem MRP berupa rencana pemesanan berdasarkan lead
time, planned order schedule, order release report, changing to palnning
oreder, performance report.
-
Lead time dari suatu item yang dibeli adalah rentang waktu sejak pesanan dilakukan
sampai barng diterima.
-
Planned order schedule adalah penentuan jumlah
kebutuhan material serta waktu pemesananya untuk masa yang akan dating
-
Order Release Report berguna untuk bernegosiasi
dengan pemasok dan untuk manajer perusahaan berguna untuk mengontrol proses
produksi.
-
Changes to Planning Order berguna untuk
merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan pengubahahan jumlah
pesanan.
-
Performance Report suatu tampilan yang
menampilkan suatu sistem bekerja dan kaitanya dengan kekosongan stock dan
ukuran yang lain.
Rencana pemesanan memiliki tujuan
sebagai berikut.
1. Menentukan kebutuhan bahan
2.
Memproyeksikan kebutuhan kapasitas.
Fungsi dari output
MRP sebagai berikut.
1.
Memberikan indikasi pembatalan pesanan
2.
Memberikan penjadwalan ulang
3.
Memberikan tentang penjadwalan yang harus dilakukan.
4.
Memberikan keadaan tentang persediaan.
2.5.Prinsip Dasar MRP
2.4.1.
Time Phasing
Time Phasing adalah fase waktu yang berarti adanya dimensi waktu
dalam persediaan waktu. Dimensi waktu berupa penambahan dan perekaman informasi
pada tanggal yang spesifik dari periode perencanaan, yang dikaitkan dengan
jumlahnya. Prinsip time phasing adalah
pembuatan suatu hubungan yang relevan antara jumlah kebutuhan dengan
waktu/jadwal perencanaan.
Ada
dua pendekatan yang digunakan yaitu
1.
Pedekatan Tunggal/Jumlah
Pendekatan tunggal memperlihatkan
jumlah kebutuhan suatu periode waktu. Apabila suatu periode tidak ada kebutuhan
maka tidak ditampilkan.
Tabel
2.3 Pendekatan Jumlah
Kebutuhan
Bersih
|
Periode
|
90
|
7
|
120
|
11
|
110
|
13
|
2.
Pendekatan Paket Waktu
Pendekatan waktu memperlihatkan semua
kebutuhan di semua periode.
Tabel
2.4 Pendekatan Paket Waktu
Kebutuhan
Bersih
|
Periode
|
90
|
1
|
0
|
2
|
90
|
3
|
2.4.1.
Status Persediaan / Inventory Master File
Informasi status persediaan akan
mengungkapkan berapa jumlah persediaan dari setiap item. Status ini untuk
mengetahui item yang dimiliki, item yang diperlukan, dan apa yang harus
dilakukan.
Ohn-1
+ SR + Porc – GR = Ohn
Keterangan:
Ohn-1
= jumlah persediaan yang dimiliki
pada periode n-1
SR = jumlah yang akan dipesan
Porc = jumlah item yang harus diterima atau diproduksi
GR = kebutuhan kotor
Ohn
= jumlah persediaan periode n
2.6. Prosedur Sistem MRP
Sistem MRP
mempunyai 4 langkah yang harus diterapkan pada setiap periode.
2.6.1.
Netting
Netting proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan ( on hand inventory dan schedule
receipt). Sedangkan perhitungan kotor merupakan jumlah dari produk akhir
yang akan dikonsumsi. Jadi kebutuhan kotor merupakan gabungan dari rencana
produksi item di tingkat atasnya.
NRi
= GRi - SRi – Ohi + SS
Keterangan:
NRi = Kebutuhan bersih ( net requirement ) pada periode i
GRi = Kebutuhan kotor (gross requirement) pada periode i
SRi = Jadwal penerimaan ( schedule receipt ) pada periode i
OHi = Persediaan di tangan (on hand inventory) pada periode i
SS = kebutuhan aman (safety stock)
2.6.2.
Lotting
Suatu proses menentukan besarnya
jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara
individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Ada beberapa
teknik untuk menetukan ukuran lot, antara
lain lot for lot, economic order
quantify, fix order quantify dan fix
period review.
1.
Lot for Lot (LFL)
Penetapan lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit dan merupakan cara yang
paling sederhana. Teknik ini bertujuan untuk meminimkan ongkos simpan.
Tabel
2.5 Penetapan Ukuran Lot dengan LFL
2.
Economc Order Quantify (EOQ)
Penetapan
dengan lot ini sangan popular dimetode tradisonal. Dalam teknik ini ukuran lot nya tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya pesan dan biaya
simpan.
Keterangan:
A = Order
cost
D = Demand
rata-rata per horizon
H = Holding
cost
Tabel
2.6 Penetapan Ukuran Lot dengan EOQ
3.
Fix Order Quantify (FOQ)
Dalam penentuan lot menggunakan metode FOQ tidak ada teknik yang dikemukakan karena
penentuanya berdasarkan pengalaman atau instuisi. Kapasitas selama produksi
digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya lot. Sekali lot telah
ditetapkan maka ukuran ini akan dipakai diseluruh periode. Metode ini biasanya
digunakan untuk item yang harga
pemesananya mahal.
Tabel
2.5 Penetapan Lot dengan FOQ
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Kebutuhan Bersih
|
20
|
30
|
40
|
50
|
Jumlah Pesan
|
100
|
|
|
100
|
Sediaan
|
80
|
50
|
10
|
140
|
4.
Fix Period Requirement (FPR)
Dalam metode FPR penentuan ukuran lot hanya diperiode tertentu saja .
dalam penentuan jumlah kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan cara
menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan datang. Dalam metode FOQ
besarnya jumlah lot selalu tetap
namun selang waktu pemesanan tidak tetap sedangkan di FPR selang waktunya tetap
namun ukuran lot nya sesuai dengan
kebutuhan bersih.
Tabel 2.7 Penetapan Ukuran
Lot dengan FPR
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Kebutuhan
berih
|
20
|
40
|
60
|
70
|
Jumlah
Pesan
|
60
|
|
130
|
|
Sediaan
|
40
|
0
|
70
|
0
|
2.6.3.
Offsetting
Pada langkah ini bertujuan untuk
menetukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan supaya memenuhi
kebutuhan bersih. Rencana pemesanan berdasarkan lead time. Lead time merupakan waktu ancang untuk barang
diproduksi atau dipesan.
Tabel
2.8 Proses Offsetting
Periode
|
1
|
2
|
3
|
Ukuran
Lot
|
|
20
|
50
|
Rencana
Pemesanan
|
20
|
50
|
|
Proses Offsetting merupakan langkah terakhir pada MRP pada suatu item.
2.6.4.
Exploding
Proses exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor di level
bawahnya. Perhitungan kebutuhan kotor ini berdasarkan pemesanan item-item pada level atasnya. Untuk
melakukan perhitungan dibutuhkan struktur produk dan informasi mengenai jumlah item untuk item yang akan dihitung.
Ada 5 faktor utama yang
mempengaruhi tingkat kesulitan dalam MRP, yaitu :
1.
Struktur Produk
Apabila
struktur produk yang kompleks dapat menyebabkan terjadinya proses MRP seperti net, lot, offset dan explode yang berulang-ulang.
2.
Lot Sizing
Pemakain
metode lotting merupakan kesulitan
pada MRP karena harus melihat kondisi suatu perusahaan. Pemilihan metode juga
mempengaruhi keefektifan dari rencan kebutuhan bahan sehingga memperoleh hasil
dan pendapatan yang memuaskan.
3.
Lead Time
Kesulitan yang lain adalah penentuan lead time yang tepat karena dalam suatu
proses perakitan tidak dapat dilakukan apabila tidak tersedia dilokasi
perakitan.
4.
Kebutuhan yang Berubah
Kebutuhan yang selalu berubah akan
menyebabkan penentuan jumlah kebutuhan yang diinginkan dan tempo pemesanan.
Walaupun keunggulan dari MRP adalah dapat merancang terhadap
perubahan-perubahan namun mempunyai efek yatu kesulitan
5.
Komponen Utama
Komponen utama yang dimaksud adalah
komponen yang dibutuhkan lebih dari satu induk. Komponen tersebut akan
mempersulit pada proses netting dan lot sizing.
3.1. Kesimpulan
1. Sistem MRP adalah suatu
prosedur yang logis berbentuk aturan keputusan dan teknik berbasis computer
yang dirancang untuk menterjemahkan JIP atau MPS menjadi kebutuhan bersih di
semua item. Selain itu MRP juga
dirancang untuk membuat pesanan dan pembelian barang dan persediaan sehingga
sesuai dengan MPS atau JIP. Sistem MRP juga membantu terpenuhinya JIP atau MPS
yang telah dirancang.
2.
Output sistem MRP berupa rencana
pemesanan berdasarkan lead time, planned order schedule, order
release report, changing to palnning oreder, performance report.
DAFTAR
PUSTAKA
Baroto,
T. (n.d.). Perencanaan dan Pengendaliaan Produksi. Ghalia Indonesia.
Laboratory,
S. (2014). Modul Praktikum Sispromasi 2014. Bandung.
Comments
Post a Comment