Penelitian Gaya Kepemimpinan FISDAS Laboratory


BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Membicarakan kepemimpinan jaman sekarang sangatlah menarik karena seorang pemimpin menjadi perhatian manusia. Kepemimipinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan dalam manusia tersebut. Disamping itu ada manusia yang pandai memimpin dan orang yang maunya dipimpin dari masalah tersebut timbulah kebutuhan seorang pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas atau pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk memecahkan suatu masalah bersama. Menurut George R. Terry “Kepemimipinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan menacapai tujuan”. Sedangkan menurut Robert Dubin “ Leadership in organizations involves the exercise of authority and making of decisions”. Lebih lengkapnya lagi James J.Jones mengartikan kepemimpinan sebagai “ an interactional process by means of which the organization define for each member his scope for action in making decisions, carrying out duties, and enlisting the cooperation ”.  Pengertian Jones berkaitan dengan salah satu factor keefektifan organisasi yaitu pengambilan keputusan, kerja sama dan komunikasi dalam organisasi..
Dalam proses pemilihan seorang pemimpin biasanya ditinjau dari 3 sudut pandang, antara lain gaya kepemimpinanya pada saat menjadi pemimpin, kualitas seorang pemimpin dan prinsip seorang pemimpin.

Penelitian ini di tujukan di sebuah Laboratorium Fisika Dasar ( FISDAS) Telkom Engineering School ( TES ) karena dalam waktu dekat Laboratorium FISDAS akan mengadakan pemilihan umum untuk mencari Koordinator Fisika Dasar ( KORDAS). Dengan adanya penelitian ini  Laboratorium FISDAS diharapkan melantik KORDAS yang mempunyai gaya kepemimpinan yang baik dibandingkan kalau ditinjau dari prinsip kepemimpinanya atau kualitas seorang pemimpin.
I.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana gaya kepemimpinan Pemimpin (KORDAS)  yang diharapkan di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School (TES) tahun ajaran 2014/2015?
I.3 Tujuan
1.      Penelitian ini bertujuan untuk bahan pertimbangan memilih calon KORDAS yang mempunyai gaya kepemimpinan Pemimpin ( KORDAS ) di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School (TES ) di tahun ajaran 2014/2015.
2.      Penelitian ini bertujuan untuk menilai gaya kepemimpinan KORDAS di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School (TES ) di tahun ajaran 2013/2014..

I.4 Batasan Masalah
1)      Penelitian hanya di lakukan di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School (TES ).
2)      Penelitian hanya diajukan kepengurusan Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School (TES) tahun ajaran 2013/2014.
I.5 Manfaat
1.  Penelitian bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam penetapan KORDAS di tahun ajaran 2014/2015.
I.6 Sistematika
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, terdiri atas beberapa bagian dan disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tentang landasan teori yang mendasari analisa - analisa yang digunakan di peelitian.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjelasakan tentang alur, tempat, dan waktu penelitian dan pengolahan data.
BAB IV ANALISIS DATA
Bagian ini berisi analisis dari pengolahan data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan saran terkait analisis yang dilakukan.

BAB II LANDASAN TEORI

II.1.1   Probability sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang setiap anggota dari populasi memiliki probability yang sama untuk menjadi sample, contoh dari probability sampling adalah:
1.      Simple Random Sampling
Semua anggota populasi bisa menjadi sample, karena simple random sample itu tidak mementingkan gender, pangkat, profesi dan sebagainya. Sample dipilih secara acak.
2.      Stratified Random Sampling
Populasi dikelompokkan berdasarkan suatu karakteristik, sehingga sample yang diambil pada setiap kelompok menjadi homogen.
3.      Kluster Sampling
Cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.
4.      Sistematik Sampling
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.
5.      Area Sampling
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.
II.1.2   Ukuran Sample
Penentuan ukuran sampel adalah tindakan memilih jumlah pengamatan atau ulangan ke dalam sebuah sampel statistik . Ukuran sampel adalah fitur penting dari setiap studi empiris di mana tujuannya adalah untuk membuat kesimpulan tentang populasi dari sampel. Dalam prakteknya, ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan biaya pengumpulan data, dan kebutuhan untuk memiliki cukup kekuatan statistik . 
Dalam studi yang rumit mungkin ada beberapa ukuran sampel yang berbeda yang terlibat dalam penelitian ini: misalnya, dalam sampel survei yang melibatkan stratified sampling akan ada ukuran sampel yang berbeda untuk setiap populasi. Dalam sensus , data dikumpulkan pada seluruh populasi, maka ukuran sampel sama dengan jumlah populasi. Dalam desain eksperimen , di mana penelitian dapat dibagi menjadi berbagai kelompok perlakuan , mungkin ada ukuran sampel yang berbeda untuk setiap kelompok.
Ukuran sampel dapat dipilih dalam beberapa cara berbeda:
1.       Kemanfaatan - Sebagai contoh, termasuk barang-barang tersedia atau nyaman untuk mengumpulkan. Sebuah pilihan ukuran sampel yang kecil, meskipun kadang-kadang diperlukan, dapat mengakibatkan lebar interval kepercayaan atau risiko kesalahan dalam pengujian hipotesis statistik .
  1. Menggunakan varians target perkiraan yang akan diperoleh dari sampel akhirnya diperoleh
3.       Menggunakan target untuk kekuatan uji statistik untuk diterapkan setelah sampel dikumpulkan.
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992)  memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
1.      Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2.      Jika sampel dipecah lagi kedalam  sub-sampel  (laki/perempuan, SD/SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum sub-sample harus 30
3.      Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
4.      Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut (LihatTabel)

Tabel I.1TabelPenentuanJumlahSampel
Populasi (N)
Sampel (n)
Populasi (N)
Sampel (n)
Populasi (N)
Sampel (n)
10
10
220
140
1200
291
15
14
230
144
1300
297
20
19
240
148
1400
302
25
24
250
152
1500
306
30
28
260
155
1600
310
35
32
270
159
1700
313
40
36
280
162
1800
317
45
40
290
165
1900
320
50
44
300
169
2000
322
55
48
320
175
2200
327
60
52
340
181
2400
331
65
56
360
186
2600
335
70
59
380
191
2800
338
75
63
400
196
3000
341
80
66
420
201
3500
346
85
70
440
205
4000
351
90
73
460
210
4500
354
95
76
480
214
5000
357
100
80
500
217
6000
361
110
86
550
226
7000
364
120
92
600
234
8000
367
130
97
650
242
9000
368
140
103
700
248
10000
370
150
108
750
254
15000
375
160
113
800
260
20000
377
170
118
850
265
30000
379
180
123
900
269
40000
380
190
127
950
274
50000
381
200
132
1000
278
75000
382
210
136
1100
285
1000000
384



II.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan dan mengarahkan organisasi yang lebih koheren.

1.      Teori Manusia Agung
Teori ini mengasumsikan bahwa pemimpin dilahirkan dan bukan dibuat. Pemimpin biasanya adalah anggota dari aristokrasi karena mereka hanya mendapat kesempatan untuk memimpin, oleh karena itu dianggap bahwa pemuliaan yang baik memberikan kontribusi dalam membuat pemimpin besar. Konsep Perempuan Agung tidak dieksplorasi dan bias androsentris tidak pernah terwujud. Selain itu, teori juga menyatakan bahwa ketika ada kebutuhan besar, maka seorang pemimpin besar muncul, seperti Buddha, Yesus, Churchill dan Eisenhower.

2.      Para Trait Teori
 Teori ini mengasumsikan bahwa manusia dilahirkan dengan sifat diwariskan dan kombinasi yang tepat dari sifat membuat mereka pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan adalah masalah sifat apakah yang diwariskan atau diperoleh sebaliknya.

3.      Teori Kepemimpinan Partisipatif
Teori ini mengasumsikan bahwa kesimpulan dari pikiran banyak orang membuat keputusan yang lebih baik daripada penilaian dari pikiran tunggal. Oleh karena itu, pemimpin mengundang partisipasi dari orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan, karena itu membuat mereka kurang kompetitif dan lebih kolaboratif, sehingga meningkatkan tingkat komitmen. Peserta mungkin bawahan, rekan kerja, atasan, atau pihak yang berkepentingan. Tingkat partisipasi dapat bervariasi. Pemimpin dapat menguraikan tujuan atau tujuan dan memungkinkan tim untuk memutuskan bagaimana hal itu dapat dicapai atau pemimpin dapat memungkinkan suatu keputusan bersama yang akan diambil sehubungan dengan tujuan dan metode pencapaian atau tim dapat mengusulkan tapi keputusan akhir selalu pemimpin.

4.      Teori Lewin s - Kurt Lewin
Bersama dengan orang lain melakukan percobaan pada tahun 1939 dan muncul dengan tiga gaya kepemimpinan partisipatif, yaitu otokratis, demokratis, dan Laissez-faire. Dalam gaya otokratis, pemimpin mengambil keputusan tanpa konsultasi lain. Dalam gaya demokratis, pemimpin mengambil keputusan setelah berkonsultasi lain atau membiarkan mayoritas memutuskan apa yang harus dilakukan. Dalam gaya Laissez-faire, pemimpin membiarkan orang lain memutuskan keputusan yang akan diambil. Lewin dkk. menemukan bahwa gaya otokratis menyebabkan revolusi, gaya Laissez-faire tidak memiliki antusiasme dan koordinasi, sedangkan gaya demokratis terbukti menjadi yang paling efektif. Karena percobaan ini dilakukan pada anak-anak, mereka masih memerlukan studi lebih lanjut dan penelitian.

5.      Teori Likert s - Rensis Likert (1967)
Berteori empat gaya, yaitu, eksploitatif berwibawa, baik hati otoritatif, konsultatif, dan partisipatif. Dalam gaya otoritatif eksploitatif, pemimpin menggunakan metode sebagai ancaman, pemaksaan, dan lainnya khawatir berbasis metode untuk menegakkan kesesuaian. Itu selalu merupakan pendekatan top-down dan pandangan, perasaan, orang lain diberi nilai. Dalam gaya baik hati otoritatif, pemimpin menjadi dictator, baik hati dan menggunakan imbalan untuk memotivasi kinerja. Pemimpin mendengarkan, mawar berwarna pandangan dari bawahan karena mereka hanya menceritakan apa yang pemimpin suka mendengar dengan harapan mendapatkan imbalan. Delegasi sepele keputusan dilakukan, namun keputusan penting selalu dibuat terpusat. Dalam gaya konsultatif, pemimpin mencari konsultasi, bagaimanapun, aliran paling atas informasi masih naik berwarna dan keputusan hampir diambil secara terpusat. Dalam gaya partisipatif, pemimpin mengajak partisipasi di semua tingkatan, termasuk pekerja lantai toko, dan upaya untuk membuat karyawan lebih dekat secara psikologis dibuat. Perselisihan, argumen, perasaan dikhianati semua mengambil tempat di gaya ini. Pemimpin menjadi figur seorang ayah dan kepala kultus , yang mengatakan pada akhirnya menjadi keputusan akhir.

6.      Teori Pemimpin Karismatik
Teori ini mengasumsikan bahwa para pemimpin mengumpulkan pengikut hanya dengan pesona mereka, rahmat, dan kepribadian. Jika seorang pemimpin bukan pemimpin karismatik alami maka individu yang membutuhkan banyak kesulitan dalam mempertahankan citra dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan. Mereka biasanya sangat persuasif dan menggunakan bahasa tubuh mereka sangat efektif.

7.      Pemimpin Transformasional
Teori - Teori ini mengasumsikan bahwa seorang pemimpin dengan visi dan gairah dapat mencapai hal-hal besar dengan mengilhami, antusiasme suntik dan energi, dan dengan demikian mengubah individu atau kelompok ke arah pencapaian tujuan individu atau kelompok. Pemimpin transformasional memiliki visi dan mereka menjual visi mereka dan mereka sendiri dalam proses menciptakan kepercayaan. Mereka memimpin dengan contoh dan selalu di tengah-tengah aksi. Dalam rangka untuk memotivasi orang mereka, mereka menggunakan upacara, ritual, dan simbolisme budaya lainnya. Mereka percaya bahwa kesuksesan datang oleh komitmen yang mendalam dan berkelanjutan dan sangat berorientasi pada orang. Namun, pemimpin transformasional berusaha untuk mengubah, dan jika perusahaan tidak memiliki kebutuhan untuk mengubah, maka mereka merasa frustrasi.

8.      Teori Quiet Leader
Teori ini menyatakan bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Pemimpin memimpin dengan tenang tindakan dan memberikan kredit kepada orang lain daripada mengambil semuanya sendiri. Pemimpin yang tenang tidak selalu bertemu dengan keberhasilan dan sering berhadapan dengan orang ekstrovert yang dia tidak bisa menangani.

9.      Transaksional Teori Kepemimpinan

Teori ini menyatakan bahwa orang bekerja untuk hadiah dan hukuman. Sebuah rantai komando yang jelas dengan loyalitas sebagai fokus utama karya-karya terbaik dalam sistem sosial. Bawahan hanya harus melakukan apa yang pemimpin mengatakan untuk melakukan tanpa berusaha mencari tahu pembenaran untuk itu. Pemimpin menciptakan struktur yang jelas dan bawahan yang diperlukan untuk mengikuti. Untuk berhasil menyelesaikan pekerjaan, mereka dihargai sedangkan untuk penyelesaian gagal, mereka dihukum. Pemimpin menggunakan manajemen dengan pengecualian, yaitu, setelah operasi telah mendefinisikan ekspektasi kinerja maka tidak perlu banyak perhatian..

10.  Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini mengasumsikan bahwa tindakan seorang pemimpin tergantung pada sejumlah faktor-faktor situasional, seperti motivasi dan kemampuan pengikut, hubungan antara pemimpin dan pengikut, stres, suasana hati, dll Yukl (1989) telah mengidentifikasi enam faktor situasional yaitu, upaya bawahan, kemampuan bawahan dan peran kejelasan, organisasi kerja sama, kerja dan kekompakan, sumber daya dan dukungan, dan koordinasi eksternal.

II.2.1 Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin lebih memilih untuk melibatkan para anggotanya seperti bawahan, rekan kerja, kelompok kerja, dan atasan. Sehingga dalam menentukan keputusan seringkali ada yang berpatisipatif banyak maupun sedikit dilihat dari peran seorang pemimpin maupun bawahnya.

Menurut Rensis Likert dari Universitas Michigan pemimpin yang berhasil jika mempunyai gaya Partisipatif. Gaya ini menetapkan keberhasilan suatu kepemimpinan berorientasikan berdasarkan pada bawahan dan mendasarkan pada komunikasi. Selain itu pihak-pihak yang ada diorganisasi, bawahan, dan pemimpin menerapkan tata hubungan yang saling mendukung.

Rensis Likert merancang gaya kepemimpinan berdasarkan cara pengambilan keputusan:
1.      Gaya Otokratis Eksploitatif
Pemimpin dalam hal ini sangat otokratis, mempunya sedikit kepercayaan kepada bawahanya. Suka mengeksplotasi bawahanya sehingga menyebabkan komunikasi ke bawah. Cara pemimpin dalam memberi motivasi bawahanya dengan cara memberi rasa ketakutan dan hukuman-hukuman, diselang-seling memberi penghargaan. Pemimpin ini hanya memperhatikan komunikasi ke bawah saja dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin itu sendiri atau sebagian petinggi dalam suatu organisai.
2.      Gaya Otokratis yang baik hati ( Benevolent Authoritative )
Pemimpin mempunyai kepercayaan kepada bawahanya, mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan rasa takut karena hukuman-hukuman yang akan diberikan, memperbolehkan adanya komunikasi keatas, mendengarkan pendapat para anggotanya, dan adanya wewenang dari bawahan untuk proses penentuan keputusan biasanya dalam bentuk komentar-komentar tentang keputusan yang diambil oleh pemimpin. Bawahan biasanya juga terbatas dalam penentuan keptusanya karena hampir keputusan ditentukan oleh pemimpin.
3.      Gaya Konsultatif
Pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahanya biasanya kalau pemimpin membutuhkan informasi atau ide-ide dalam pengendalian keputusan yang telah dibuat oleh pemimpin. Pemimpin dengan gaya seperti ini biasanya memberi motivasi lewat hadiah dan hukuman dan berkendak untuk berpatisipasi. Dia juga suka menerapkan gaya komunikasi ke atas dan ke bawah. Dalam hal penentuan keputusan seorang pemimpin biasanya pada tingkat atas sedangkan bawahanya hanya mengkhususkan dan bertingkat bawah.
4.       Gaya Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahanya. Dalam setiap pengambilan keputusan selalu melibatkan para anggotanya, mengandalkan pendapat-pendapat anggotanya dan ide-ide dari anggotanya, ide atau pendapat dari anggotanya bisa jadi dijadikan sebagai dalam pengambilan keputusan. Seorang pemimpin akan memberikan penghargaan berupa ekonomis tergantung keterlibatan anggota terhadap sesuatu urusan dalam penentuan tujuan atau kemajuan suatu tujuan yang telah ada. Pemimpin mau akan mendorong bawahanya untuk ikut bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan pelakasanaan keptusan. Bawahan merasa bebas jika membicarakan tugas bersama atasanya.

Menurut Rensis Likert berdasarkan penelitian yang dia lakukan, gaya kepemimipinan yang berpartisipatif mempunya kesempatan untuk lebih sukses dijadika seorang pemimpin dan organisai yang mempunyai pemimpin dengan gaya partisipatif lebih produktif dan efektif dalam pencapaian suatu tujuan.


BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III.1 Identifikasi Atribut
Tahap identifikasi atribut kebutuhan ini digunakan untuk menentukan atribut apa saja yang di harapkan oleh responden. Penentuan atribut kebutuhan akan membuat penelitian menjadi lebih fokus dan spesifik sehingga hasil yang diberikan dari penelitian akan sesuai dengan harapan.
III.2 Pretest
Tujuan dari pengujian awal adalah untuk mengetahui pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner serta digunakan untuk memperbaiki kuesioner yang akan dirancang.
III.3 Perancangan Kuesioner
Perancangan kuisioner ini dilakukan setelah pretest dan memperbaiki pertanyaan – pertanyaan yang kurang paham bagi responden. Opsi-opsi jawaban kuesioner diperoleh setelah identifikasi atribut. Semua opsi jawaban mempunya probabilitas yang sama atau tidak ada tingkatan.
Melingkari salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Kuesioner dilakukan dua periode, yang pertama memilih sudut pandang terpenting pada saat akan memilih seorang pemimpin, yang kedua menilai gaya kepemimpinan (KORDAS) yang sekarang dan yang akan medatang sesuai gaya kepemimpinan karena pada periode pertama didapat hal yang terpenting adalah gaya kepemimpinanya
III.4 Penentuan Jumlah Sampel
Probability sampling adalah teknik sampling yang setiap anggota dari populasi memiliki probability yang sama untuk menjadi sample, contoh dari probability sampling adalah:
1.      Simple Random Sampling
Semua anggota populasi bisa menjadi sample, karena simple random sample itu tidak mementingkan gender, pangkat, profesi dan sebagainya. Sample dipilih secara acak.
Dengan menggunakan table Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) Telkom Engineering School dengan populasi 60 dengan sampel minimal 52.
III.5 Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Maret 2014 sampai 11 Maret 2014. Pada saata penyebaran kuesioner dilakukan dua kali periode, yang pertama tanggal 7 Maret 2014 sampai 8 Maret 2014 dan yang kedua 10 Maret 2014 sampai 11 Maret 2014. Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dan responden mengisi secara langsung kuesioner tersebut. Penyebaran kuesioner dilakukan didalam Laboratorium Fisika Dasar  kampus Universitas Telkom.
III.6 Pengolahan Kuesioner
Pengolahan kuesioner saya menggunakan diagram lingkaran yang menghasilkan persen, karena penyajian data statistik yang dinyatakan dalam persen atau derajat dapat menggunakan diagram lingkaran. Tempat untuk membuat diagram lingkaran tidak terlalu besar. Diagram lingkaran sangat berguna untuk menunjukkan dan membandingkan proporsi dari data.
KUISIONER
Kepada
Yth. Sdr/i Responden
Di Laboratorium Fisika Dasar Telkom Engineering School,
Bandung

            Kami mengucapkan terimakasih atas ketersediaan Anda menerima kuisioer ini. Kami memahami sepenuhnya bahwa waktu Anda terbatas dan berharga. Walaupun demikian, kami mengharapkan ketersediaan Anda untuk membantu penelitian ini dengan mengisi secara lengkap kuisioner berikut.
            Kuisioner ini disusun dalam rangka penelitian “Gaya Kepemimpinan”. Kuisioner ini digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah. Atas ketersediaannya dan kerjasamanya , kami ucapkan terimakasih.

Bandung, 10 Maret 2014
Hormat Saya,

Priyangga Arya S
PETUNJUK UMUM
1.      Saudara yang terpilih sebagai responden, dimohon untuk mengisi seluruh instrumen ini sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, persepsi, dan keadaan yang sebenarnya.
2.      Partisipasi Saudara untuk mengisi instrumen ini secara objektif.
3.      Jawaban Saudara akan dijamin kerahasiaan dan tidak memiliki dampak negatif bagi siapapun.
4.      Lingkarilah jawaban yang menurut Anda sesuai dengan penilaian Anda sendiri.
5.      Jawablah semua pertanyaan.
6.      TIDAK BOLEH melingkari lebih dari 1 (SATU) JAWABAN.

1.      Menurut Anda,  Pemimpin ( KORDAS)  Anda yang sekarang menerapkan gaya kepemimpinan seperti apa:
a.       Pemimpin menentukan dan membuat keputusan sendiri.
b.      Pemimpin hampir semua menentukan keputusan dan hanya mendengarkan pendapat dari anggotanya .
c.       Pemimpin menentukan persoalan tingkat atas dan bawahan menetukan persolan tingkat bawah.
d.      Pemimpin dan bawahan saling berdiskusi dalam penentuan tujuan dan keputusan.
2.      Seperti apa harapan pemimpin Anda ( KORDAS)  yang Anda harapkan untuk menjadi KORDAS di masa berikutnya:
a.       Pemimpin menentukan dan membuat keputusan sendiri.
b.      Pemimpin hampir semua menentukan keputusan dan hanya mendengarkan pendapat dari anggotanya .
c.       Pemimpin menentukan persoalan tingkat atas dan bawahan menetukan persolan tingkat bawah.
d.      Pemimpin dan bawahan saling berdiskusi dalam penentuan tujuan dan keputusan.





KUISIONER
Kepada
Yth. Sdr/i Responden
Di Laboratorium Fisika Dasar Telkom Engineering School,
Bandung

            Kami mengucapkan terimakasih atas ketersediaan Anda menerima kuisioer ini. Kami memahami sepenuhnya bahwa waktu Anda terbatas dan berharga. Walaupun demikian, kami mengharapkan ketersediaan Anda untuk membantu penelitian ini dengan mengisi secara lengkap kuisioner berikut.
            Kuisioner ini disusun dalam rangka penelitian “Gaya Kepemimpinan”. Kuisioner ini digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah. Atas ketersediaannya dan kerjasamanya , kami ucapkan terimakasih.

Bandung, 7 Maret 2014
Hormat Saya,

Priyangga Arya S



PETUNJUK UMUM
1.      Saudara yang terpilih sebagai responden, dimohon untuk mengisi seluruh instrumen ini sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, persepsi, dan keadaan yang sebenarnya.
2.      Partisipasi Saudara untuk mengisi instrumen ini secara objektif.
3.      Jawaban Saudara akan dijamin kerahasiaan dan tidak memiliki dampak negatif bagi siapapun.
4.      Lingkarilah jawaban yang menurut Anda sesuai dengan penilaian Anda sendiri.
5.      Jawablah semua pertanyaan.
6.      TIDAK BOLEH melingkari lebih dari 1 (SATU) JAWABAN.


1.      Saat Anda memilih seorang Pemimpin, hal apa yang Anda pertimbangkan untuk memilih:
a. Gaya Kepemimpinanya
b. Prinsip Kepemimpinanya
c. Kualitas Pemimpin




III.7 Analisis
Analisis berdasarkan pengolahan dan pengumpulan yang di dapat dari penelitian berdasarkan landasan teori yang di BAB II.
III.8 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan menjawab dari rumusan masalah dengan cara menganalisis pengumpulan dan pengolahan data.


BAB IV ANALISIS DATA
 
IV.1 Analisis Data Gaya Kepemimpinan KORDAS Sekarang

Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin menentukan dan membuat keputusan sendiri”  sebesar 2 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Otokratis Eksploitatif.
Menurut Rensis Likert bahwa Pemimpin dalam hal ini sangat otokratis, mempunya sedikit kepercayaan kepada bawahanya. Suka mengeksplotasi bawahanya sehingga menyebabkan komunikasi ke bawah. Cara pemimpin dalam memberi motivasi bawahanya dengan cara memberi rasa ketakutan dan hukuman-hukuman, diselang-seling memberi penghargaan. Pemimpin ini hanya memperhatikan komunikasi ke bawah saja dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin itu sendiri atau sebagian petinggi dalam suatu organisai.
Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin hampir semua menentukan keputusan dan hanya mendengarkan pendapat dari anggotanya”  sebesar 4 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Benevolent Authoritative.
Menurut Rensis Likert bahwa Pemimpin mempunyai kepercayaan kepada bawahanya, mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan rasa takut karena hukuman-hukuman yang akan diberikan, memperbolehkan adanya komunikasi keatas, mendengarkan pendapat para anggotanya, dan adanya wewenang dari bawahan untuk proses penentuan keputusan biasanya dalam bentuk komentar-komentar tentang keputusan yang diambil oleh pemimpin. Bawahan biasanya juga terbatas dalam penentuan keptusanya karena hampir keputusan ditentukan oleh pemimpin.
Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin menentukan persoalan tingkat atas dan bawahan menetukan persolan tingkat bawah”  sebesar 35 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Kosultatif.
Menurut Rensis Likert bahwa Pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahanya biasanya kalau pemimpin membutuhkan informasi atau ide-ide dalam pengendalian keputusan yang telah dibuat oleh pemimpin. Pemimpin dengan gaya seperti ini biasanya memberi motivasi lewat hadiah dan hukuman dan berkendak untuk berpatisipasi. Dia juga suka menerapkan gaya komunikasi ke atas dan ke bawah. Dalam hal penentuan keputusan seorang pemimpin biasanya pada tingkat atas sedangkan bawahanya hanya mengkhususkan dan bertingkat bawah
Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin dan bawahan saling berdiskusi dalam penentuan tujuan dan keputusan”  sebesar 60 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Partisipatif.
Menurut Rensis Likert bahwa  Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahanya. Dalam setiap pengambilan keputusan selalu melibatkan para anggotanya, mengandalkan pendapat-pendapat anggotanya dan ide-ide dari anggotanya, ide atau pendapat dari anggotanya bisa jadi dijadikan sebagai dalam pengambilan keputusan. Seorang pemimpin akan memberikan penghargaan berupa ekonomis tergantung keterlibatan anggota terhadap sesuatu urusan dalam penentuan tujuan atau kemajuan suatu tujuan yang telah ada. Pemimpin mau akan mendorong bawahanya untuk ikut bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan pelakasanaan keptusan. Bawahan merasa bebas jika membicarakan tugas bersama atasanya.
Menurut Rensis Likert berdasarkan penelitian yang dia lakukan, gaya kepemimipinan yang berpartisipatif mempunya kesempatan untuk lebih sukses dijadika seorang pemimpin dan organisai yang mempunyai pemimpin dengan gaya partisipatif lebih produktif dan efektif dalam pencapaian suatu tujuan.
Berdasarkan diagram diatas didapat porsi-porsi masing-masing gaya kepemimpinan (KORDAS) tahun ajaran 2013/2014 menurut pendapat orang yang aktif di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School. Gaya kepemimpinan Kordas sekarang menggunkana gaya partisipatif , menurut Rensis Likert pemimpin dengan gaya ini dapat membuat suatu organisasi lebih efektif dan unggul.
IV.2 Analisis Data Gaya Kepemimpinan KORDAS sekarang

Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin menentukan dan membuat keputusan sendiri”  sebesar 0 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Otokratis Eksploitatif.
Menurut Rensis Likert bahwa Pemimpin dalam hal ini sangat otokratis, mempunya sedikit kepercayaan kepada bawahanya. Suka mengeksplotasi bawahanya sehingga menyebabkan komunikasi ke bawah. Cara pemimpin dalam memberi motivasi bawahanya dengan cara memberi rasa ketakutan dan hukuman-hukuman, diselang-seling memberi penghargaan. Pemimpin ini hanya memperhatikan komunikasi ke bawah saja dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin itu sendiri atau sebagian petinggi dalam suatu organisai.
Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin hampir semua menentukan keputusan dan hanya mendengarkan pendapat dari anggotanya”  sebesar 9 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Benevolent Authoritative.
Menurut Rensis Likert bahwa Pemimpin mempunyai kepercayaan kepada bawahanya, mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan rasa takut karena hukuman-hukuman yang akan diberikan, memperbolehkan adanya komunikasi keatas, mendengarkan pendapat para anggotanya, dan adanya wewenang dari bawahan untuk proses penentuan keputusan biasanya dalam bentuk komentar-komentar tentang keputusan yang diambil oleh pemimpin. Bawahan biasanya juga terbatas dalam penentuan keptusanya karena hampir keputusan ditentukan oleh pemimpin.
Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin menentukan persoalan tingkat atas dan bawahan menetukan persolan tingkat bawah”  sebesar 25 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Kosultatif.
Menurut Rensis Likert bahwa Pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahanya biasanya kalau pemimpin membutuhkan informasi atau ide-ide dalam pengendalian keputusan yang telah dibuat oleh pemimpin. Pemimpin dengan gaya seperti ini biasanya memberi motivasi lewat hadiah dan hukuman dan berkendak untuk berpatisipasi. Dia juga suka menerapkan gaya komunikasi ke atas dan ke bawah. Dalam hal penentuan keputusan seorang pemimpin biasanya pada tingkat atas sedangkan bawahanya hanya mengkhususkan dan bertingkat bawah
Dari pertanyaan yang disediakan di kuesioner kebanyakan responden menjawab gaya kepemimpinan sekarang “Pemimpin dan bawahan saling berdiskusi dalam penentuan tujuan dan keputusan”  sebesar 65 %.. Dari pertanyaan tersebut bahwa bisa dikategorikan mempunyai gaya kepemimpinan yang Partisipatif.
Menurut Rensis Likert bahwa  Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahanya. Dalam setiap pengambilan keputusan selalu melibatkan para anggotanya, mengandalkan pendapat-pendapat anggotanya dan ide-ide dari anggotanya, ide atau pendapat dari anggotanya bisa jadi dijadikan sebagai dalam pengambilan keputusan. Seorang pemimpin akan memberikan penghargaan berupa ekonomis tergantung keterlibatan anggota terhadap sesuatu urusan dalam penentuan tujuan atau kemajuan suatu tujuan yang telah ada. Pemimpin mau akan mendorong bawahanya untuk ikut bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan pelakasanaan keptusan. Bawahan merasa bebas jika membicarakan tugas bersama atasanya.
Menurut Rensis Likert berdasarkan penelitian yang dia lakukan, gaya kepemimipinan yang berpartisipatif mempunya kesempatan untuk lebih sukses dijadika seorang pemimpin dan organisai yang mempunyai pemimpin dengan gaya partisipatif lebih produktif dan efektif dalam pencapaian suatu tujuan.
Berdasarkan diagram diatas didapat porsi-porsi masing-masing gaya kepemimpinan (KORDAS) tahun ajaran 2014/2015 mendatang menurut harapan orang yang aktif di Laboratorium Fisika Dasar (FISDAS) di Telkom Engineering School. Gaya kepemimpinan Kordas mendatang diharapkan menggunkana gaya partisipatif , menurut Rensis Likert pemimpin dengan gaya ini dapat membuat suatu organisasi lebih efektif dan unggul.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Jadi pemimpin mendatang yang diharapkan di Laboratorium Fisika Dasar ( FISDAS) Telkom Engineering School mempunyai gaya kepemimpinan yang Partisipatif. Sedangkan gaya kepemimpinan KORDAS yang sekarang bisa ditarik kesimpulan mempunyai gaya yang Partisipatif. Untuk KORDAS yang mendatang diharapkan tetap mempertahankan gaya kepemimpinan yang diterapkan sekarang atau lebih baik dari yang sekarang.
V.2 Saran 
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah.”Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Yogyakarta: UGM.
Soetopo, Hendyat.”Perilaku Organisasi Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan”, Malang: Rosda.
Bisen, Priya.”Industrial Psychology”,Penerbit: New Age International Publisher
Ivancevich, John, dkk.”Perilaku dan Manajemen Organisasi”.Penerbit: Erlangga.

http://ikachessmeilana.wordpress.com/2013/06/02/teori-kepemimpinan-likert/

Comments

Popular posts from this blog

Komponen Kompresor

Proses metalurgi powder metal